Manusia sebagai makhluk yang berbudaya


Di antara makhluk ciptaan Tuhan  yang lain manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna. Manusia menciptkan kebudayaan yang berbeda-beda disetiap kalangannya, dan melestarikannya secara turun temurun. Manusia disebut sebagai makhluk Tuhan yang paling sempurna karena manusia mempunyai akal budi yang diberikan oleh Tuhan agar mampu membedakan mana yang benar dan mana yang tidak benar, juga mampu untuk berkarya di muka bumi ini dan secara hakikatnya menjadi pemimpin di muka bumi ini.
Selain itu juga manusia juga disebut sebagai “makhluk sosial” yaitu dimana manusia tidak dapat hidup sendiri melainkan hidup berdampingan antara individu satu dengan individu yang lain. Budaya tercipta atau terwujud merupakan hasil dari interaksi antara manusia dengan segala isi yang ada di dunia ini

Pengertian Manusia

Secara bahasa manusia berasal dari kata “manu” (Sansekerta), “mens” (Latin), yang berarti berpikir, berakal budi atau makhluk ang berakal budi (mampu menguasai makhluk lain). Secara istilah manusia dapat diartikan sebuah konsep atau sebuah fakta, sebuah gagasan atau realitas, sebuah kelompok (genus) atau seorang individu.
Sebuah spesies primata dari golongan mamalia yang dilengkapi otak berkemampuan tinggi. Dalam hal kerohanian, mereka dijelaskan menggunakan konsep jiwa yang bervariasi di mana, dalam agama, dimengerti dalam hubungannya dengan kekuatan ketuhanan atau makhluh hudup; dalam mitos, mereka juga seringkali dibandingkan dengan ras lain. Dalam antropologi kebudayaan, mereka dijelaskan berdasarkan penggunaan bahasanya, organisasi mereka dalam masyarakat majemuk serta perkembangan teknologimya, dan terutama berdasarkan kemampuannya untuk membentuk kelompok dan lembga untuk dukungan satu sama lain serta pertolongan.
    
Pengertian Budaya

Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani.
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbada budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari. Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia.


Manusia dan kebudayaan merupakan salah satu ikatan yang tak bisa dipisahkan dalam kehidupan ini. Manusia sebagai makhluk Tuhan yang paling sempurna menciptakan kebudayaan mereka sendiri dan melestarikannya secara turun menurun. Budaya tercipta dari kegiatan sehari hari dan juga dari kejadian – kejadian yang sudah diatur oleh Yang Maha Kuasa.
Kebudayaan berasal dari kata budaya yang berarti hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Definisi Kebudyaan itu sendiri adalah sesuatu yang akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Namun kebudayaan juga dapat kita nikmati dengan panca indera kita. Lagu, tari, dan bahasa dan arsitektur merupakan salah satu bentuk kebudayaan yang dapat kita rasakan.

Manusia Dengan Budaya Dalam Konteks Arsitektur

Manusia dapat diartikan berbeda-beda menurut biologis, rohani, dan istilah kebudayaan. Secara biologis, manusia diklasifikasikan sebagai Homo sapiens, sebuah spesies primata dari golongan mamalia yang dilengkapi otak berkemampuan tinggi. Dalam hal kerohanian, mereka dijelaskan menggunakan konsep jiwa yang bervariasi di mana, dalam agama, dimengerti dalam hubungannya dengan kekuatan ketuhanan atau makhluk hidup; dalam mitos, mereka juga seringkali dibandingkan dengan ras lain. Dalam antropologi kebudayaan, mereka dijelaskan berdasarkan penggunaan bahasanya, organisasi mereka dalam masyarakat majemuk serta perkembangan teknologinya, dan terutama berdasarkan kemampuannya untuk membentuk kelompok dan lembaga untuk dukungan satu sama lain serta pertolongan.
Sedangkan budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu adalah Cultural-Determinism. Secara keseluruhan kebudayaan adalah sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat. 


Contoh Budaya Indonesia yang Mulai Luntur

Dikutip dari: http://sosbud.kompasiana.com/2011/02/22/uneg-uneg-jadi-orang-jawa/

Uneg-uneg jadi Orang Jawa

Dalam hal ini, saya mengambil contoh fenomena budaya jawa, bukan bermaksud kesukuan, tapi saya ambil contoh lingkungan di mana saya tinggal. Yaitu di kota batu jawa timur.
Dekat saja, di lingkungan tempat tinggal saya merasa apresiasi masyarakat terhadap budaya jawa sudah mulai luntur. Apakah ini pengaruh dari globalisasi, mungkin salah satunya iya.
Terhadap anak - anak kecil, orang tua sudah jarang berbahasa Jawa, tapi Indonesia, atau malah bahasa Inggris. Mungkin karena mereka menganggap berbahasa Indonesia terkesan lebih terhormat begitu daripada berbahasa Jawa. Orang tua juga sibuk mengajari atau mengkursuskan anaknya bahasa asing sejak dini, bisa bahasa Inggris, Jepang atau malah Mandarin dan Jerman.
Bila di tempat saya ada pelajaran muatan lokal yang dinamakan Bahasa Daerah,maka nilai raport di matpel itu akan di lihat belakangan. Menunjukkan betapa kurang pentingnya muatan lokal ini di mata mereka.
Untuk orang -orang generasi saya saja ,sudah banyak di antara kami yang tidak bisa membedakan silsilah yang mana bahasa krama inggil,krama madya atau ngoko dan bingung kepada siapa saja kami harus menggunakan itu. Di salah satu TV lokal, acara dansa nya berdurasi lebih lama daripada acara daerah seperti campur sari atau guyonan ala jawa timur. Anak - anak sekarang lebih kenal Harry Potter daripada cerita pewayangan atau babad tanah jawi. Mereka lebih kenal nyanyian Justin Bieber daripada ilir -ilir atau tembang macapat. Lebih mengenal sejarah berdirinya tembok china karena untuk pertahanan terhadap suku bar bar daripada sejarah keraton Yogyakarta atau keraton Solo. Tentu saja tidak buruk untuk mengenal peradaban dunia, tapi hendaknya sejarah daerah sendiri juga tidak dilupakan.
Sebenarnya sangat disayangkan sekali fenomena seperti ini terjadi, karena siapa lagi yang akan melestarikan budaya ini kalo bukan kita sendiri. Bukankan salah satu pemicu munculnya Bhineka Tunggal Ika itu karena keragaman budaya seperti ini, kalo budaya sudah seragam kan ga ada yang namanya bhineka. Bukankah ini ciri khas, keragaman budaya kan bukan pemecah tapi malah memperkaya Indonesia.
Kita sering heboh dan marah kalo budaya kita sudah di klaim negara lain. Oleh karena itu marilah kita kembali ke akar budaya kita, sambil juga belajar budaya dunia. Jangan pernah kita lupa akan kekayaan budaya sendiri.
Saudara-saudara kita yang di Suriname saja melestarikan. Bagaimana mereka begitu menghargai bahasa jawa,sekalipun sebagian besar mereka tidak pernah menginjak tanah jawa karena sudah lahir dan besar di sana. Karena mereka paham, Jawa adalah asal muasal mereka. Di salah satu acara TV, dapat kita lihat bahwa warga suriname terutama yang berasal dari Jawa masih sangat menjunjung budaya Jawa, entah itu melestarikan ludruk (drama jawa timur an),kuda lumping, reog, campur sari,dan beberapa menteri mereka yang keturunan Indonesia masih lancar dan fasih berbahasa Jawa sesuai etika. Padahal di negara mereka, beragam asal penduduknya , di sana orang jawa juga bukan mayoritas, tentu budaya dari banyak negara sangat mungkin membuat mereka lupa budaya asal. Tapi ternyata mereka, saudara - saudara yang berasal dari negara kita mampu mempertahankannya, tentunya jika kita mau, disini , di Indonesia lebih mudah untuk mempertahankan.

Sumber lain:
http://tugas-mrhanz25.blogspot.com/2011/02/manusia-sebagai-makhluk-budaya.html
http://eviiafifah.blogspot.com/2012/03/hubungan-manusia-dan-budaya.html

This entry was posted on 27 April 2012 and is filed under . You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0. You can leave a response.

Leave a Reply